Selamat Malam, Peraih Mimpi

Mungkin ini hanya sebatas rindu.
Mungkin ini cuma salah satu tulisan yang aku buat di kala gelap memayungi semua yang ingin ternyenyak dan semua yang ingin melupakan realitas di kala fajar menyapa.
Mungkin ini kugubah dikarenakan aku melihat wajahmu, terpampang manis, tertera di layar ponselku ketika kamu unggah fotomu--bersamanya, tentunya.
Mungkin.

Meskipun begitu, aku kangen.
Bukan, bukan padamu.
Bukan pada lelaki yang kini sedang menatapi langit biru muda terhiaskan oleh butiran salju.
Tetapi kepada seorang sosok yang pernah kukenal,
dulu,

dulu sekali.

Ketika rasa kehilangan masih terasa asing dilidahku--setidaknya kehilangan secara fisik.
Ketika kita tak harus mencari bahan obrolan.
Ketika tempat kita makan siang masih bersama--menghadapi dan mencomot makanan satu sama lain.
Ketika mimpiku dan mimpimu masih sama--lulus dan menanggalkan seragam putih-abu.
Ketika aku hanya mengenal rasanya memilikimu.

Percaya padaku.
(Tolong, tolong percaya kepadaku)
Bahwa aku tidak menginginkan untuk menjadi milikmu.
Aku sudah menerima fakta kalau,
aku dan kamu seperti malamku dan senjamu
paralel, terjalin, namun tak akan pernah bersama lagi.
Tidak, tidak lagi.
Aku hanya mencari apa yang pernah kurasakan kepadamu, dengan orang lain.
Selamanya,
Tanpa jeda,
Tanpa imigrasi harus memisahkan ku dengannya.

(x)